Alhamdulillah saya ditakdirkan Allah dapat menerima tarekat Syattariyah dari Syeikhuna Syeikh Salleh Musa Sik Kedah Malaysia
yang beliau terima dari gulu mulai beliau ALLAHYARHAM SYEIKH WAN ISMAIL (PA DA EIL MAKKAH ) ...tujuan saya adalah untuk berkongsi ilmu dengan saudara-saudara , tidak ada niat lain kecuali untuk tujuan dakwah semata-semata hendak keredaan ALLAH SWT
Tarekat Syattariyah adalah aliran tarekat yang pertama kali muncul di India pada abad ke 15. Tarekat ini dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, Abdullah asy-Syattar.
Awalnya tarekat ini lebih dikenal di Iran dan Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah Turki Usmani, tarekat ini disebut Bistamiyah. Kedua nama ini diturunkan dari nama Abu Yazid al-Isyqi, yang dianggap sebagai tokoh utamanya. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya Tarekat Syattariyah tidak menganggap dirinya sebagai cabang dari persatuan sufi mana pun.
A. ISI AJARAN TAREKAT SYATTARIYAH
1. Hubungan Antara Tuhan dengan Alam
Menurut ajaran tarekat Syattariyah, alam diciptakan oleh Allah dari Nur Muhammad. Sebelum segala sesuatu itu diciptakan oleh Allah, alam berada di dalam ilmu Allah yang diberi nama A’yan Tsabitah. la merupakan bayang-bayang bagi Dzat Allah. Sesudah A’yan Tsabitah ini menjelma pada A’yan Kharijiyyah (kenyataan yang berada di luar), maka A’yan Kharijiyyah itu merupakan bayang-bayang bagi Yang Memiliki bayang-bayang, dan ia tiada lain daripada-Nya.
Hal di atas dapat dijelaskan dengan mengambil beberapa contoh, antara lain:
a. Pertama, perumpamaan orang yang bercermin, pada cermin tampak bahwa bagian sebelah kanan sesungguhnya merupakan pantulan dari bagian sebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Dan jika orang yang bercermin itu berhadapan dengan beberapa cermin, maka di dalam cermin-cermin itu tampak ada beberapa orang, padahal itu semua tampak sebagai pantulan dari seorang saja.
b. Kedua, mengenai hubungan antara tangan dengan gerak tangan, sesungguhnya gerak tangan itu bukan tangan itu sendiri tetapi ia termauk dari tangan itu juga.
c. Ketiga, tentang seseorang yang bernama Si Zaid yang memiliki ilmu mengenai huruf Arab. Sebelum ia menuliskan huruf tersebut pada papan tulis, huruf itu tetap (tsabit) pada ilmunya. Ilmu itu berdiri pada dzatnya dan hapus di dalam dirinya. Padahal hakikat huruf Arab itu bukanlah hakikat Si Zaid (meskipun huruf-huruf itu berada di dalam ilmunya), yang huruf tetaplah sebagai huruf dan Zaid tetap sebagai Zaid. Sesuai dengan dalil Fa al-kullu Huwa al-Haqq, artinya ‘Adanya segala sesuatu itu tiada lain kecuali sebagai manifestasi-Nya Yang Maha Benar’.
2. Dzikir dalam Tarekat Syattariyah
a. Aturan-aturan berdzikir
Perkembangan mistik tarekat ini ditujukan untuk mengembangkan suatu pandangan yang membangkitkan kesadaran akan Allah SWT di dalam hati, tetapi tidak harus melalui tahap fana’. Penganut Tarekat Syattariyah percaya bahwa jalan menuju Allah itu sebanyak gerak napas makhluk. Akan tetapi, jalan yang paling utama menurut tarekat ini adalah jalan yang ditempuh oleh kaum Akhyar, Abrar, dan Syattar. Seorang salik sebelum sampai pada tingkatan Syattar, terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat Akhyar (orang-orang terpilih) dan Abrar (orang-orang terbaik) serta menguasai rahasia-rahasia dzikir. Untuk itu ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat ini, yaitu taubat, zuhud, tawakkal, qana’ah, uzlah, muraqabah, sabar, ridla, dzikir, dan musyahadah.
b. Tingkatan dzikir
Pelaksanaan dzikir bagi penganut tarekat Syattariyah dibagi menjadi tiga tataran, yaitu: mubtadi (tingkat permulaan), mutawasitah (tingkat menengah), dan muntahi (tingkat terakhir). Tataran ini dapat dicapai oleh seseorang yang mampu mengumpulkan dua makrifat, yaitu ma’rifat tanziyyah dan ma’rifat tasybiyyah. Ma’rifat tanziyyah adalah ‘suatu iktikad bahwa Allah tidak dapat diserupakan dengan sesuatu apapun’. Pada makrifat ini segala sesuatu dilihat dari segi batiniah/hakikatnya. Sedangkan ma’rifat tasybiyyah adalah ‘mengetahui dan mengiktikadkan bahwa Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar’, dalam makrifat ini segala sesuatu dilihat dari segi lahiriahnya.
c. Macam-macam dzikir
Di dalam tarekat ini, dikenal tujuh macam dzikir muqaddimah, sebagai tangga untuk masuk ke dalam Tarekat Syattariyah, yang disesuaikan dengan tujuh macam nafsu pada manusia. Ketujuh macam dzikir ini diajarkan agar cita-cita manusia untuk kembali dan sampai ke Allah dapat selamat dengan mengendalikan tujuh nafsu itu. Ketujuh macam dzikir itu sebagai berikut:
1) Dzikir Thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri menuju bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaha sambil menahan nafas. Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan illallah yang dipukulkan ke dalam hati sanubari yang letaknya kira-kira dua jari di bawah susu kiri, tempat bersarangnya nafsu lawwamah.
2) Dzikir Nafi Itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya, illallah, yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya Asma Allah.
3) Dzikir Itsbat Faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.
4) Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai adanya hidup dan kehidupan manusia.
5) Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak, markas pikiran). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh Cahaya Illahi.
6) Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil dari bait al-makmur, dan Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi sebagai insan Cahaya Illahi.
7) Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.
Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT di dalam Surat al-Mukminun ayat 17:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu semua tujuh buah jalan, dan Kami sama sekali tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami (terhadap adanya tujuh buah jalan tersebut)”.
Adapun ketujuh macam nafsu yang harus ditunggangi tersebut, sebagai berikut:
1) Nafsu Ammarah, letaknya di dada sebelah kiri. Nafsu ini memiliki sifat-sifat senang berlebihan, hura-hura, serakah, dengki, dendam, bodoh, sombong, pemarah, dan gelap, tidak mengetahui Tuhannya.
2) Nafsu Lawwamah, letaknya dua jari di bawah susu kiri. Sifat-sifat nafsu ini: enggan, acuh, pamer, ‘ujub, ghibah, dusta, pura-pura tidak tahu kewajiban.
3) Nafsu Mulhimah, letaknya dua jari dari tengah dada ke arah susu kanan. Sifat-sifatnya: dermawan, sederhana, qana’ah, belas kasih, lemah lembut, tawadlu, tobat, sabar, dan tahan menghadapi segala kesulitan.
4) Nafsu Muthmainnah, letaknya dua jari dari tengah-tengah dada ke arah susu kiri. Sifat-sifatnya: senang bersedekah, tawakkal, senang ibadah, syukur, ridla, dan takut kepada Allah SWT.
5) Nafsu Radhiyah, letaknya di seluruh jasad. Sifat-sifatnya: zuhud, wara’, riyadlah, dan menepati janji.
6) Nafsu Mardliyah, letaknya dua jari ke tengah dada. Sifat-sifatnya: berakhlak mulia, bersih dari segala dosa, rela menghilangkan kegelapan makhluk.
7) Nafsu Kamilah, letaknya di kedalaman dada yang paling dalam. Sifat-sifatnya: Ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin.
Khusus dzikir dengan nama-nama Allah (al-asma’ al-husna), tarekat ini membagi dzikir jenis ini ke dalam tiga kelompok.
1) Menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, seperti al-Qahhar, al-Jabbar, al-Mutakabbir, dan lain-lain.
2) Menyebut nama Allah SWT yang berhubungan dengan keindahan-Nya seperti, al-Malik, al-Quddus, al-’Alim, dan lain-lain.
3) Menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat tersebut, seperti al-Mu’min, al-Muhaimin, dan lain-lain.
Ketiga jenis dzikir tersebut harus dilakukan secara berurutan, sesuai urutan yang disebutkan di atas. Dzikir ini dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang, sampai hati menjadi bersih dan semakin teguh dalam berdzikir. Jika hati telah mencapai tahap seperti itu, ia akan dapat merasakan realitas segala sesuatu, baik yang bersifat jasmani maupun ruhani.
d. Syarat-syarat berdzikir
Secara terperinci, persyaratan-persyaratan penting untuk dapat menjalani dzikir di dalam Tarekat Syattariyah adalah: makanan yang dimakan haruslah berasal dari jalan yang halal; selalu berkata benar; rendah hati; sedikit makan dan sedikit bicara; setia terhadap guru atau syekhnya; kosentrasi hanya kepada Allah SWT; selalu berpuasa; memisahkan diri dari kehidupan ramai; berdiam diri di suatu ruangan yang gelap tetapi bersih; menundukkan ego dengan penuh kerelaan kepada disiplin dan penyiksaan diri; menjaga mata, telinga, dan hidung dari melihat, mendengar, dan mencium segala sesuatu yang haram; membersihkan hati dari rasa dendam, cemburu, dan bangga diri; mematuhi aturan-aturan yang terlarang bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji, seperti berhias dan memakai pakaian berjahit.
B. SANAD ATAU SILSILAH TAREKAT SYATTARIYAH
Sebagaimana tarekat pada umumnya, tarekat ini memiliki sanad atau silsilah para guru atau wasithah-nya yang bersambungan sampai kepada Rasulullah SAW. Di dalam tarekat ini, wasithah dianggap berhak dan sah apabila terangkum dalam mata rantai silsilah tarekat ini yang tidak putus dari Nabi Muhammad SAW lewat Ali bin Abi Thalib ra, hingga kini dan seterusnya sampai kiamat nanti; kuat memimpin mujahadah; dan memiliki empat martabat yakni mursyidun (memberi petunjuk), murbiyyun (mendidik), nashihun (memberi nasehat), dan kamilun (sempurna dan menyempurnakan).
Berikut contoh sanad Tarekat Syattariyah yang dibawa oleh para mursyid atau wasithah-nya di Indonesia:
1. Nabi Muhammad SAW kepada
2. Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kepada
3. Sayyidina Hasan bin Ali asy-Syahid, kepada
4. Imam Zainal Abidin, kepada
5. Imam Muhammad Baqir, kepada
6. Imam Ja’far Syidiq, kepada
7. Abu Yazid al-Busthami, kepada
8. Syekh Muhammad Maghrib, kepada
9. Syekh Arabi al-Asyiqi, kepada
10. Qutb Maulana Rumi ath-Thusi, kepada
11. Qutb Abu Hasan al-Hirqani, kepada
12. Syekh Hud Qaliyyu Marawan Nahar, kepada
13. Syekh Muhammad Asyiq, kepada
14. Syekh Muhammad Arif, kepada
15. Syekh Abdullah asy-Syattar, kepada
16. Syekh Hidayatullah Saramat, kepada
17. Syekh al-Haj al-Hudhuri, kepada
18. Syekh Muhammad Ghauts, kepada
19. Syekh Wajihudin, kepada
20. Syekh Sibghatullah bin Ruhullah, kepada
21. Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali, kepada
22. Syekh Muhammad Ibnu Muhammad,
23. Syekh Abdul Rauf Singkel, kepada
24. Syekh Abdul Muhyi (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada Kiai
25. Mas Bagus (Kiai Abdullah) di Safarwadi, kepada
26. Kiai Mas Bagus Nida’ (Muhyiddin) di Safarwadi, kepada
27. Kiai Muhammad Sulaiman (Bagelan, Jateng), kepada
28. Kiai Mas Bagus Nur Iman (Bagelan), kepada
29. Kiai Mas Bagus Hasan Kun Nawi (Bagelan) kepada
30. Kiai Mas Bagus Ahmadi (Kalangbret, Tulungagung), kepada
31. Raden Margono (Kincang, Maospati), kepada
32. Kiai Ageng Aliman (Pacitan), kepada
33. Kiai Ageng Ahmadiya (Pacitan), kepada
34. Kiai Haji Abdurrahman (Tegalreja, Magetan), kepada
35. Raden Ngabehi Wigyowinoto Palang Kayo Caruban, kepada
36. Nyai Ageng Hardjo Besari, kepada
37. Kiai Hasan Ulama (Takeran, Magetan), kepada
38. Kiai Imam Mursyid Muttaqin (Takeran), kepada
39. Kiai Muh. Kusnun Malibari (Tanjunganom, Nganjuk) dan kepada
40. KH Muhammad Munawar Affandi (Nganjuk).
C. HUBUNGAN ANTARA SYARIAT DENGAN TAREKAT SYATTARIYAH
Sebelum diuraikan tentang Hubungan Antara Syariat dengan tarekat Syattariyah, perlu diketahui terlebilih dahulu mengenai pengertian syariat dan tarekat.
Ulama mutaakhirin memberikan istilah syariat sama dengan hukum fikih yaitu ‘peraturan yang ditetapkan oleh Allah kepada kaum muslimin berdasarkan Alquran, Hadis, ljmak, dan Kias’. Peraturan itu disusun secara terperinci yang berhubungan dengan tatacara peribadatan, prinsip-prinsip ajaran moral dan kehidupan, serta hukum-hukum mengenai hal-hal yang diperbolehkan untuk dikerjakan, untuk mengetahui yang benar dan yang salah.
Secara etimologi tarekat berasal dari kata Arab ”Tariqatun” yang berarti ‘jalan atau mazab’ atau ‘cara’. Kecuali itu tarekat diartikan ‘sebagai suatu sistem atau petunjuk dalam melakukan sesuatu ibadah dengan tujuan untuk memperoleh ridha Allah dengan dibimbing oleh seorang guru/mursyid yang memiliki hubungan silsilah (ilmu tarekat) sampai kepada Nabi Muhammad Saw. yang pengamalan ibadah itu lebih mengutamakan aspek batiniah daripada aspek lahiriahnya, dengan cara memperbanyak dzikir kepada Allah. Oleh sebab itu tarekat merupakan suatu metode pelaksanaan teknis untuk mencapai hakikat ilmu tauhid secara haqqul yakin.
Untuk selanjutnya pembahasan mengenai hubungan syariat dengan tarekat Syattariyah di sini akan dibatasi pada tiga hal:
1. Tinjauan secara syariat mengenai ajaran tarekat Syattariyah
2. Tinjauan secara syariat mengenai guru tarekat Syattariyah
3. Tinjauan secara syariat mengenai tarekat Syattariyah
1. Secara garis besar tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan dzikir. Di dalam Alquran terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang masalah dzikir yang jumlahnya lebih banyak daripada ayat-ayat yang menjelaskan tentang shalat, zakat, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan dzikir (secara luas) memiliki kedudukan yang cukup penting dibanding dengan ibadah-ibadah yang lainnya. Pelaksanaan dzikir di dalam tarekat Syattariyah dilakukan dengan jahar (bersuara) dan sirri/ khafi (dalam hati) Pembacaan dzikir secara bersuara merupakan ibadah yang lazim dikerjakan dan cukup diketahui dasar-dasarnya oleh kebanyakan umat Islam. Sedangkan pembacaan dzikir dengan hati kurang banyak dikenal/diketahui oleh kebanyakan umat Islam, dan ini didasarkan pada firman Allah: Berdzikirlah kau dengan hatimu secara merendahkan diri dan rasa takut, dzikir itu tidak diucapkan secara lisan. Dan didasarkan pada Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi sebagai berikut: Dzikir yang tidak terdengar oleh Malaikat Hafazhah itu lebih utama daripada dzikir secara bersuara, dengan perbandingan satu banding tujuh puluh (Adz-dzikru l-ladzi la tasma’u hu 1-Hafazhatu yazidu ‘ala dz-dzikri l-ladzi tasma’u hu l-Hafazhatu bi sab’ina dhi’fan).
2. Dalil-dalil yang menguatkan tentang peranan guru tarekat adalah sebagai berikut.
a. Man laa Syaikhun Mursyidun lahu fa Mursyidu hu ‘sy-syaithaan artinya, ‘Barangsiapa tidak memiliki guru yang berderajat Mursyid, maka ia dibimbing oleh setan’.
b. Hadis Nabi: Kun ma’a’I-Laah fa in lam takun ma’a ‘I-Laah fa kun ma’a man ma’a ‘I-Laah fa innahu yuushiluka ilaa ‘I-Laah artinya ‘Hendaklah kau selalu beserta Allah, jika tidak dapat demikian besertalah dengan orang yang dekat dengan Allah, ia akan membimbingmu ke jalan Allah’.
c. Alquran: ‘Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah ia tidak akan memperoleh ‘Waliyyam Mursyida’ (pembimbing kerohanian).
d. Alquran: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah ‘Al-Wasilah’ (Channel..berfungsi sebagai pembimbing, bukan perantara), bersungguh-sungguhlah di jalan itu mudah-mudahan kamu sukses” (Q.S. Al-Maidah 35).
3. Tujuan pengamalan dzikir di dalam tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan (yang lazim menurut ukuran manusia). Tingkatan ini dapat diperoleh oleh seseorang, jika ia dapat mengumpulkan dua makrifat yaitu makrifat Tanziyyah dan makrifat Tasybiyyah, (mengetahui secara mendalam tentang sesuatu hal secara lahiriah dan batiniah). Hal ini didasarkan pada firman Allah di dalarn Alquran surat Al-Hadid ayat 11: Allah adalah Dzat yang Maha Pertama dan Maha Kemudian, Maha Lahir dan Maha Batin.
D. MAKNA MAKRIFAT DALAM SYATTARIYAH
Di dalam naskah Syattariyah dikemukakan tentang tiga pengertian ma’rifat yaitu:
1. Makrifat Tanziyyah adalah pengetahuan makrifat yang diperoleh dengan cara memperhatikan/mempelajari segala sesuatu dari segi batiniah/hakikatnya. Orang yang memiliki makrifat ini mengiktikadkan bahwa Allah tidak dapat diserupakan dengan sesuatu apapun. Hal ini didasarkan pada Alquran surat Asy-Syura: 11.
2. Makrifat Tasybiyyah adalah ma’rifat yang diperoleh dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriahnya. Di dalam makrifat ini mereka mengiktikadkan bahwa Allah memiliki sifat Maha Mendengar dan Maha Melihat (Q.S.Asy-Syura: 11).
3. Himpunan antara makrifat Tanziyyah dan Tasybiyyah, yaitu makrifat yang diperoleh oleh orang-orang sufi dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriah dan batiniahnya. Makrifat inilah yang dianggap sempurna oleh orang-orang sufi, hal ini didasarkan kepada firman Allah bahwa “Ia (Maha Kuasa) terhadap hal-hal yang lahir dan yang batin (Q.S. Al-Hadid: 3). Pendapat ini dikuatkan pula oleh Syech Abu Sa’id Al-Harazi bahwa ”Hakikat ke-Tuhanan itu dapat dikenal meialui pemaduan dari dua hal yang bertentangan” (hal. 18).
Berdasarkan keterangan di atas dapat kita ketahui bahwa fungsi khusus naskah Syattariyah adalah untuk memberikan penjelasan kepada pembaca tentang masalah ketauhidan dan hal ihwal ma’rifat.
Referensi
Abdullah, Hawash. 1980. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al Ikhlas.
Abdurrauf Singkil dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrauf_Singkil diakses tangal 10 Februari 2009
Istadiyantha. 2006. Fungsi Tarekat Syattariyah: Suatu Telaah Filologis. Solo. dalam http://istayn.files.wordpress.com/2007/12/pibsi-2006.doc diakses tanggal 15 Maret 2009.
Mulyati, Sri. 2006. Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka. Jakarta: Kencana.
Tarekat Syattariyah dalam
Sunday, November 28, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
ISLAM ITU INDAH
Info Terkini
Maklumat terkini
-
-
-
PUNCA THAI BAHT MELAMBUNG !!!!5 years ago
-
MB ucap selamat berjaya kepada calon SPM6 years ago
-
MAULIDUR RASUL 1439H7 years ago
-
Assalamu'alaikum bang Raidzan. Alhamdulillah kita sama belajar syattariyah. Kenalkan bang saya soegie dr negeri seberang, tanah jawa. Klw boleh tahu ni bang, guru wasilah dari mana? Sejak kapan baiat? Itu dulu aja bang, mampir jg di blog saya, tapi masih banyak kekurangan. Disini : densoegie.blogspot.com
ReplyDeleteterima kasih bang.
Wassalamu'alaikum Wr Wb.
Alhamdulillah...masih ada ikhwan syattariah....bandung
ReplyDeleteDari pametingan pamengpeuk bukan
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُ
ReplyDeleteSeperti nya tafsiran dari ayat di surat 5:35 gak kayak gitu tu,, apakah ibnu katsir itu orang bodoh ,,,,,?apakah saudara yang salah memahami ayat ini,,,, saya jadi bingung,,,,,,,!وَعَلَيْكُمْ لسَّلاَمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُمُ
syallom el saleem
ReplyDeletemohon informasi tunggal sumur satariyah di kawasan jakarta dan sekitarnya. maturnuwun salam
Kemang selatan dibawah
DeleteMUKHZIZAT-KHAROMAH-BENDA2 WARISAN PUSAKA-PERDUKUNAN-SUPRANATURAL
ReplyDelete=======================================================
PADAHAL TUJUAN THARIQOT / SUFI BUKANLAH HAL-HAL YANG SEPERTI ITU...
SBB TUJUANNYA ( Tanpa menyebut benderanya ) MANAPUN ADALAH CUMA SATU ( ESA ) TUJUAN : YAKNI
==========MENIADAKAN APAPUN SELAIN DZAT KETUHANANNYA==========
JADI BENAR BAHWA MEREKA SEDANG PESTA "EUFORIA " DENGAN KILAUAN IMING-IMING GODAAN KEBENDAAN DAN HAL-HAL SEMACAM ITU ( ALIAS BULLSHIT ).
JUJUR SAYA TIDAK SEFAHAM DAN BERSEBERANGAN DENGAN MEREKA YG DEMIKIAN DAN TERLEBIH MEREKA SUDAH DIPERKENALKAN DAN "MENGENAL PERJALANAN " .
NAMUN MEREKA IBARATNYA MAMPIR DI "WARUNG REMANG2" DAN LUPA TUJUAN UTAMA ADALAH KE PUNCAK, NAMUN SEBLUM SAMPAI DILERENG ( padahal belum puncak ) MEREKA SUDAH TERGODA DENGAN " RUMAH MUCHIKARI" SEPERTI DEMIKIAN
Saya termasuk salah satu penganut tarekat syattariyah,pusatnya di ulakan kabupaten padang pariaman,penyebarnya adalah syekh burhanudin(pono),.gurunya adalah syekh abdul rauf singkil(aceh)makamnya masih ada di ulakan,pariaman sumbar.
ReplyDeletemasya allah,.
DeleteTulisan ini belum lengkap,ustd abdul shomad aja gak di tulis tulis,dia bacakan satu satu silsilahnya ada tu syeh burhanudin alias angku kiramaik,perlu ditingkatkan lagi ini bloggernya
DeleteMantul
DeleteMantap piaman, syekh burhanuddin
DeleteAssalamualaikum, saudara Muhammad Fazilul, saya berminat untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tarikat syattariyah seterusnya mengikuti tarikat ini, boleh saya hubunggi saudara.
ReplyDeleteWassalam.
tiada harap yang lebih kecuali diri ini bertemu dengan diri sejati dan sadar diri akan sebabulsebab.
ReplyDeleteIrwaneris alfaisyal ,ahli tafsir bukan ibn katsir seorang,mereka beda pendapat dalam menafsirkan sesuai tingkat kefahaman mereka. Yang menafsirkan seperti beliaupun banyak,n penafsiran seperti postingan di atas pun cukup banyak. Mereka semua ulama yang insya Allah pantas kita hormati n hargai pendapat mereka. Mereka bukanlah orang2 bodoh,tapi mereka adalah orang2 yang diberi petunjuk
ReplyDeleteAssalamualaikum
ReplyDeleteIya gak sesat lah selama mengutamakan perintah allah,sholat,zakat,puasa...katanya mau mengenal allah,bagaimana kita bisa mengenal allah sedangkan kita sendiri tidak mengikuti perintahnya,mana mau allah kenal dekat sama mahluknya yg ingkar...
Yg salah itu ketika mengutamakan sunnah daripada wajib,dzikir pake menyan,di sangkut pautkan dengan klenik,perdukunan,bikin kopi sama bakar rokok buat karuhun,,,ya difikir aja sama logika..apa yg kaya gitu gak sesat???tarekat gak sesat,tapi ada beberapa oknum pensesatan tarekat,dengan menggabungkan kalimah kejawen yg bahkan artinya kita gak tau yg di dzikirkan,sampai ada mengucilkan syariat,mereka bilang syariat hanya ilmu dasar,gak perlu syariat toh udah mengenal allah,,,,,banyak yg berhalusinasi ketika dzikir kalimah kejawen aneh yg artinya pun gak tau bilang liat sunnan lah,liat prabu lah,dll...anehhh,,katanya ilmu allah,ko dzikir bakar menyan buat karuhun,,,selamatkan tarekat yg sebenarnya,,tarekat yg gak ada klenik perdukunan dan pensesatan agama allah,perintah allah...saya di ajarkan dalam tarekat,kita harus berakal,kita harus berilmu,kita jangan bodoh...tapi jangan di akalin,dan di bodohi...tipu daya syetan ada dimana mana,kuatkan iman kita kalo kata syariat,pake akal kalo kata tarekat.subhanallah.
Oiya satu lagi,kebanyakan pengikut tarekat versi sesat adalah kebanyakan orang orang yg sebelumnya sama sekali tidak belajar syariat sebagai tiangnya,kebanyakan orang orang bodoh yg bisa di bodohi dengan ilmu ilmu sihir yg manggut manggut ketika liat gurunya bisa nangkap akik sebagai contoh,kebanyakan mereka tertarik karena di bodohi jin kafir yg nyamar jadi kanjeng sunnan,jadi kanjeng prabu yg kadang menampakan diri..saya bisa nulis seperti ini karena saya pelajari dan terjun di dalamnya sebagai bahan pembelajaran,supaya saya bisa share kepada muslimin muslimat semuanya,dan saya katakan tarekat tidak sesat,yg sesat adalah oknum yg menyesatkan.yg menggabungkan tarekat dengan klenik perdukunan.
ReplyDeleteSyeih burhanudin ulakan kok gak di sebut
ReplyDeleteDimalaysia tak diajar taruqet ini dimana lokasi?
ReplyDeleteHakikat tanpa syariat sama juga bohong
ReplyDeleteSyariat tanpa khakikat hasil nya kosong
Fazilul hilme copypaste saja sejrah tarekat syatariyah India tanpa ada rujukan sumber ilmian n riwayat ulama..cedok ilmu mellui Google bukan budaya sarjana n ahli ilmu sejati tanpa sandaran sumbernya ilmu
ReplyDeleteMohon untuk koreksi
ReplyDeleteSetelah Sayyidina Hasan Kepada Sayyidina Husain.
Setelah KH. Muhammad Munawar Affandi Kepada Putra Ke 3 Beliau Jika Lahir Putra (Kakung/Lanang) sesuai Dawuh Ky. Muhammad Kusnun Malibari. Yaitu Bpk. Muhammad Anwar Muttaqin.
Mohon maaf kisanak, apakah Anda pengikut Thoriqot Syathoriyah..?
Deletesaya murid Alm. KH. Muhammad Munawar Affandi, dan sekarang jadi murid Bpk. Ky. Muhammad Anwar Muttaqin. Secara internal adalah Ilmu Syathoriah bukan Thoriqoh Syathoriyah.
DeleteAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh mbak/mas
DeleteKalau boleh tau, alamat penerus KH Muhammad Munawar Affandi sekarang dmn.?
Saya boleh minta nomer telpon njenengan?
Sekarang ada 2 penerus Mbah yai Munawar Affandi, yg ditanjung Anom menantu Mbah Munawar, yg di jogomerto Baron putra dari Mbah Munawar, kalo saya sendiri terahkir tajadud pada kiai Anwar( putra Mbah Munawar) dan saya masuk di syatoriah tahun 98
DeleteAlamatnya di Pesantren Matlabus Salik (Al-Matlab) Jl. Kamboja Ds. Jogomerto Kec. Tanjunganom Kab. Nganjuk no WA saya (tokonovia) 082335842700
Deleteyg di tanjung itu bukan menantunya tapi putra yg pertama, dan yg di jogomerto Beliau adalah Putra yg ke tiga dr Bpk. KH. Mohammad Munawar Affandi
DeleteAssalamualaikum semua warga thatiqot Syathoriah. Saya sdg mencari guru mursyed T Syathoriah d Malaysia.
ReplyDeleteTolong bantu Saya.
Sy telah berbaiah pd th 1986 memalui guru Hj Ahmad Basyir yg mengambilnya dari gurunya semasa mengaji d Mekah.
Skrg guru sy telah pulang ke Rahmatullah. T kasih
Hubungi Saya Tel: 013-6303436 Mustafa
ReplyDeleteMaksudnya Tuan ingin belajar atau tuan tahu dimana ada mursyid syatariyah ?
DeleteSaya sgt berkeinginan utk tahu dan mengambil baiah tarikan syatariyah ,niat dihati sdh terpendam semua lama
Salam TQNS syathoriyah juwana
ReplyDelete082338887551 hok jun
ReplyDeleteSaya selamat wargoh pekan baru salam tunggal Guru.
ReplyDeleteAssalamu alaikum akang / mas
ReplyDeleteAda yg bisa kasi referensi mursyid tarekat syattariah yg di Jakarta atau yg di Jawa Barat?.. terima kasih atas bantuannya
Maaf kang, saya orgnya banyak tanya.
ReplyDeleteKalau dilihat dari sanadnya kok gk nemuya kang disitu 40 org kalau di pukul rata 40 thn aja perorng kemudian ditambah tahun sepeninggal Rasulullah hasilnya gk ada yg jumpa mau tahunya atau Hijriyah nya
kalau di bandung mursyidnya siapa ya?
ReplyDeleteA. ISI AJARAN TAREKAT SYATTARIYAH 1. Hubungan Antara Tuhan dengan Alam
ReplyDeleteALLAH adalah Ilah yang maha esa
ALLAH tidak sama dengan apapun juga
ALLAH tidak berbayang -bayang
ALLAH pencipta alam, alam bukan bayang-bayang ALLAH, alam tercipta oleh ALLAH dan tidak bersatu dengan ALLAH, penciptaan alam ada ALLAH sampaikan kepada Rasulullah Muhammad dan untuk beliau sampaikan kepada semua Manusia
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".” (QS Fusshilat: 11).
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS Al Anbiya: 30).
Alquran juga menerangkan kalau langit dan bumi diciptakan dalam enam periode.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari," (QS Hud: 7).
Keterangan Alquran tersebut ternyata dibenarkan para ahli astronomi sekarang, padahal ayat itu diturunkan 15 abad lalu kepada Nabi Muhammad SAW. Memang Allah menciptakan alam semesta ini tidak dengan main-main tetapi sungguh-sungguh:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ
“Dan tidaklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (QS Al-Anbiya: 16).
ALLAH maha berdiri sendiri.
A. ISI AJARAN TAREKAT SYATTARIYAH 1. Hubungan Antara Tuhan dengan Alam. Baris kalimat itu pada January 12, 2022 at 6:43 AM adalah pembahasan pada Tarekat Syattariyah yang tidak benar setelah saya baca. kemudian Saya sampaikan mengenai ALLAH dengan alam.
ReplyDeleteALLAH telah menetapkan aktifitas alam dan alam beraktifitas secara sistematis, otomatis dan hidup (dasar pengetahuannya dengan mengetahui ilmu alam pada pengetahuan zaman sekarang).
Dasar pokok utama pengetahuan mengenai alam yang ALLAH tetapkan berjalan sesuai aturan ALLAH ada didalam Al Qur'an.
ReplyDeleteNur Muhammad dasar kebenarannya pada Firman ALLAH (Al Qur'an) dan Sunnah Rasulullah Muhammad ?
Assalamualaikum...
ReplyDeleteSemoga saudara ku dimana pun kalian berada,slalu dlm lindungan Allah SWT.
Amiin ya rabbal alamiin
Seperti nya disini,,kita musti tau siapa yg menyembah dan siapa yg disembah.
ReplyDeleteJangan sampai,,persembahan kita kepada Allah SWT sia sia